Corona,
guru,
kualitas pendidikan,
pendidikan,
pendidikan abad ke-21
Pembelajaran Online Harus Bermanfaat bagi Semua Siswa
Pada pertengahan April, UNESCO memperkirakan bahwa 190 negara telah menutup sekolah secara nasional karena pandemi COVID-19. Penutupan sekolah sebagai langkah strategis untuk menghindari penyebaran virus corona. Bahkan, beberapa sekolah di berbagai negara sudah menegaskan bahwa tidak akan mengadakan pertemuan tatap muka di kelas hingga akhir semester ini.
Akibatnya, sistem pendidikan telah bergeser
menggunakan alat pembelajaran jarak jauh - terutama melalui
media digital - baik untuk melanjutkan pembelajaran di semester ini atau untuk memastikan peserta
didik tidak melakukan kesalahan besar. Sayangnya, yang sering ditemukan adalah
para pendidik hanya memindahkan media pembelajaran. Jika sebelumnya
pembelajaran dilaksanakan melalui tatap muka, maka sekarang harus dilakukan di
depan gadget.
Tentu perubahan media pendidikan yang dilakukan tanpa persiapan telah
membawa pendidikan kita pada jalan yang hampir sesat. Butuh keberanian bagi
para guru untuk mempelajari media pembelajaran online agar proses belajar
mengajar menjadi efektif. Keadaan sekarang memang mengharuskan semua orang tua
untuk menjadi guru yang baik, tetapi para guru professional tetap harus bisa
memberikan sesuatu yang lebih berkualitas.
Dengan seorang anak kecil di rumah, seperti banyak orang
tua, terpaksa menjadi guru ketika sekolah tutup. Meskipun sudah
bertahun-tahun meneliti kebijakan pembelajaran digital, ternyata masih banyak
orang belum siap menghadapi tantangan ini. Pengalaman ini telah memperkuat
keyakinan bahwa tiga faktor penting untuk setiap metode pembelajaran digital:
1. Inklusif
2. Mendukung (bukannya menggantikan) pengalaman belajar
3. Bukti metode apa yang berhasil dan dalam konteks mana harus
menginformasikan intervensi pembelajaran digital
Pembelajaran Digital Harus Inklusif
Kita tahu selama ini pembelajaran online lazim digunakan untuk
menjangkau siswa ketika mereka secara fisik tidak bisa ke sekolah. Hal Ini
sebelumnya merupakan kasus untuk anak-anak yang sakit lalu terkurung di rumah
atau di rumah sakit, mereka yang berada di lokasi terpencil yang tidak
dapat bersekolah setiap hari, dan anak-anak migran.
Akan tetapi, karena pandemi covid-19mengharuskan sekolah
melaksanakan pembelajaran online dan ditemukan kesenjangan antara pelajar yang
kurang beruntung dan yang lebih beruntung secara ekonomi. Coronavirus
menyingkap kesenjangan ekonomi para peserta didik.
Ketersediaan perangkat keras adalah tantangan pertama untuk membuat
pembelajaran online dapat diakses dan efektif untuk semua. Jika keluarga
tidak dapat memberi gadget, setiap
siswa tidak akan dapat berpartisipasi atau mendapatkan hasil maksimal
dari pelajaran mereka. Demikian juga dengan masalah koneksi internet yang
tidak memadai atau bahkan tidak ada sama sekali.
Kasus seperti ini sangat familiar di negara kita. Tol langit nampaknya
belum bisa dinikmati semua anak bangsa. Hanya anak-anak dari kalangan ekonomi
menengah ke atas dan terjangkau oleh tol langit yang dapat menikmati
pembelajaran online. Kecuali pelajar yang rentan dibantu dengan
masalah akses, pembelajaran digital hanya akan meningkatkan pengalaman belajar
mereka yang sudah diuntungkan.
Dengan memenuhi kebutuhan semua peserta didik, pembelajaran digital
tidak akan memperlebar kesenjangan yang merugikan, tetapi semoga
menjembataninya. Memang itu tidak mudah, tetapi akan lebih baik dan memberi
banyak manfaat. Karena pada dasarnya lembaga pendidikan perlu mulai melakukan
evolusi.
Tidak Ada yang Mengganti Pendidik Profesional
Memainkan peran guru dalam beberapa minggu terakhir telah mengingatkan
saya betapa pentingnya bagi anak-anak untuk didukung oleh para
profesional dalam pembelajaran mereka. Intervensi digital adalah alat yang
mendukung proses pembelajaran, tetapi mereka tidak dapat menggantikan guru.
Media digital yang digunakan oleh para siswa sekarang, belum mampu menggantikan
peran guru seutuhnya.
Selain itu, tidak realistis untuk berharap bahwa lingkungan digital, bahkan
jika itu mencakup aspek sosial, dapat menggantikan pengalaman sekolah, terutama
ketika menyangkut pengembangan keterampilan sosial dan emosional. Sistem
pendidikan harus memikirkan cara untuk mendukung pengembangan ini dengan baik
selama periode ini dan yang akan datang.
Peran profesional guru adalah menjadi fasilitator siswa dalam belajar
jarak jauh. Guru tidak harus melakukan konferensi selama berjam-jam dan
mengharuskan siswa untuk mendengarnya. Dalam keadaan sekarang, guru mengajar
siswa untuk dapat berkolaborasi, berkomunikasi sesama mereka untuk memecahkan
masalah dalam tugas yang diberikan guru serta berpikir kritis.
Mengumpulkan Bukti Vital Selama Krisis
Intervensi pembelajaran digital baru dan permasalahan yang telah
bermunculan sejak krisis COVID-19 mulai memberi sebagian besar anak akses ke
beberapa jenis pembelajaran jarak jauh dari sekolah. Sementara reaksi
cepat ini disambut baik, mereka meninggalkan sedikit ruang
untuk pengambilan keputusan berbasis bukti.
Bagaimana pun, kita tahu bahwa pembelajaran online tidak selalu
berhasil. Misalnya evaluasi RAND Eropa tentang program umpan balik digital
dalam matematika primer menunjukkan bahwa intervensi media digital dalam
pembelajaran jarak jauh tidak meningkatkan kualitas murid. Malah yang sering
ditemukan adalah murid sekolah menengah dan sekolah Dasar semakin stres dengan
banyaknya tugas yang diberikan guru, tetapi tetap mewajibkan siswa untuk ikut
dalam pembelajaran selama berjam-jam.
Bukti apa yang berhasil, untuk siapa, dan mengapa diperlukan untuk
pembuatan kebijakan yang efektif dan pengembangan pendidikan yang memadai. Mengumpulkan
data untuk mengevaluasi program-program ini, agar dapat menjadi bahan
evaluasi untuk menjadi lebih baik di masa yang akan datang.
Kita dapat berharap bahwa ketika murid-murid di seluruh dunia akhirnya
kembali ke sekolah, teknologi digital akan membantu mereka untuk terus semakin
berkembang. Akan lebih baik jika pembuat kebijakan pendidikan juga datang
dengan pengetahuan yang lebih dalam tentang keefektifan alat-alat digital dan
bagaimana mereka dapat mendukung anak-anak yang paling rentan.
Sekolah mungkin telah berubah selamanya setelah COVID-19. Mari berharap
pendidikan kita menjadi lebih baik.
Sumber Gambar: blibli.com
May 08, 2020
No comments:
Post a Comment