Menu

Kualitas Kepala Sekolah dan Guru Menentukan Kualitas Pendidikan




Meskipun terdapat banyak faktor, berbagai studi yang dilakukan satu dekade terakhir menunjukkan kepemimpinan di level sekolah menjadi salah satu faktor yang paling signifikan dalam mempengaruhi kualitas siswa. Kepemimpinan seorang kepala sekolah maupun para guru menjadi salah satu sumber untuk meningkatkan kualitas peserta didik.

Tim peneliti dari Stanford University, Amerika Serikat, melakukan observasi 1.800 sekolah di tujuh negara termasuk Brasil dan India. Mereka menemukan bahwa perbedaan antara sekolah dengan performa tinggi dan rendah hampir 50%-nya ditentukan oleh kualitas dan kebijakan kepala sekolah. Kebijakan kepala sekolah sebagai seorang nahkoda di sekolah akan berdampak pada peningkatan kualitas siswa dan para guru. Sayangnya, di Indonesia hingga kini peran kepala sekolah masih dianggap sekadar pekerjaan administratif dan kebanyakan tidak terlibat dalam upaya perbaikan kualitas pengajaran.

Dalam media Suara Pembaruan edisi Januari 11, 2020 menjelaskan bahwa Daniel Suryadarma, anggota tim penelitian SMERU mengobservasi 20 sekolah dasar dan 5 madrasah di Karawang. Mereka pun mendapati hanya terdapat persentase kecil pimpinan sekolah yang memiliki semangat membenahi pembelajaran siswa. Hal ini tentu saja mengejutkan semua pihak yang menaruh minat pada dunia pendidikan.

Hasilnya adalah 60% lebih dari 25 kepala sekolah menyatakan target mereka adalah memastikan siswa kelas 6 memiliki nilai ujian yang baik. Hanya 20% yang bertujuan meningkatkan kualitas proses belajar mengajar di sekolah mereka. Ini salah satu gap [celah] yang sangat kontras. Bagaimana mungkin seorang kepala sekolah hanya memikirkan nilai ujian nasional yang bisa dimanipulasi dibandingkan meningkatkan kualitas proses belajar mengajar di sekolahnya.

Sangat sedikit dari kepala sekolah tersebut - hanya 26% - yang berinisiatif mengamati proses belajar di dalam kelas, setidaknya sekali dalam satu bulan. Ironisnya, tim SMERU juga menemukan bahwa mayoritas kepala sekolah sudah merasa puas dengan kinerja guru-guru yang tergolong buruk – 2,5 dari 8,0 berdasarkan instrumen SMERU.

Apa yang mau disampaikan dari data-data di atas adalah kualitas pribadi seorang pemimpin akan turut mempengaruhi kualitas organisasi yang dipimpinnya. Kepala sekolah-kepala sekolah yang menjadi sampel penelitian SMERU bisa menjadi gambaran umum kepala sekolah di negara kita. Memang masih banyak kepala sekolah yang berintegritas dan berkualitas, tapi jumlahnya tidak sebanding dengan kepala sekolah yang punya kemampuan suam-suam kuku.


Jika kualitas sebagian besar kepala sekolah di Indonesia seperti yang ditampilkan oleh tim SMERU, pertanyaan sederhananya adalah pendidikan kita mau dibawa kemana? Kalau ingin kualitas pendidikan kita meningkat, tidak salah jika semuanya dimulai dari memperbaiki kualitas perangkat pendidik di sekolah. Marwah seorang kepala sekolah sebagai pemimpin yang visioner dan memajukan kualitas Pendidikan di sekolahnya adalah kriteria untuk menjadi seorang kepala sekolah.

Pelajaran dari luar negeri: harus cakap memimpin guru
Sameer Sampat, seorang peneliti sekaligus pendiri organisasi pendidikan Global School Leaders (GSL) menceritakan beberapa inisiatif yang dilakukan organisasinya di negara lain dalam memperbaiki kualitas kepala sekolah. Di India misalnya, organisasinya menjalankan Institut Kepemimpinan Sekolah India (ISLI) yang telah melatih 600 kepala sekolah di lima kota sejak 2012.

Organisasinya juga menginisiasi program serupa di Kenya dan mendampingi lebih dari 70 kepala sekolah mulai tahun 2019. Mereka menemukan beberapa karakter kunci yang harus dimiliki kepala sekolah yang baik, yang benar-benar bisa meningkatkan performa siswa.

Pertama, fokus pada inisiatif yang meningkatkan proses pembelajaran. Kedua, mereka harus benar-benar cakap dalam memimpin dan mengarahkan guru lain. Hasilnya bisa dilihat dalam perkembangan kualitas pendidikan di sekolah-sekolah dampingan mereka di India, seperti kenaikan persentase siswa - dari 19% menjadi 29% - yang memiliki capaian matematika dan sains di atas rata-rata, setelah intervensi ini dilakukan.

Untuk bisa menghasilkan komunitas belajar yang bagus di level sekolah, sekolah itu sendiri justru yang harus jadi komunitas belajar. Pimpinannya belajar, gurunya belajar, siswanya belajar, semua belajar. Prinsip yang mereka tanamkan adalah sama-sama belajar dan belajar bersama. Hasilnya pun dapat dilihat dari meningkatnya kemampuan siswa di bidang matematika dan sains.

Perlunya Peningkatan Kualitas Guru
Setelah pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi kembali di bawah naungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), maka anggaran pendidikan yang semulanya Rp 35,7 triliun menjadi Rp 74 triliun. Hal ini karena adanya penambahan dari anggaran pendidikan tinggi senilai Rp 39 triliun. Jumlah yang fantastis dan berguna jika dikelolah dengan baik.


Direktur Eksekutif Center of Education Regulations and Development Analysis (CERDAS), Indra Charismiadji mengatakan, dengan mengelola anggaran pendidikan yang jumlahnya semakin meningkat, Kemdikbud harus segera merampungkan blue print atau cetak biru pendidikan, sehingga anggaran triliun rupiah dapat memberi dampak yang positif.

“Mengelola anggaran ini butuh adanya blue print, tujuannya untuk menghindari uang triliun rupiah melayang tanpa ada hasilnya, karena terlihat 20 tahun anggaran pendidikan terus meningkat tetapi kemampuan anak-anak Indonesia stagnan,” kata Indra kepada Beritasatu.com, (11/1/2020).

Tentu pada akhirnya kita semua berharap Kemdikbud fokus pada masalah dasar pendidikan yakni mutu guru. Alokasi anggaran harus berpihak pada pelatihan guru mulai dari revitalisasi lembaga pendidikan tenaga kependidikan hingga pelatihan guru yang berkelanjutan. Pelatihan guru yang berkelanjutan selalu dengan harapan kualitas yang mereka miliki akan semakin meningkat. Dengan demikian, kualitas pendidikan yang diharapkan dapat terwujud dan kita tidak lagi tertinggal dari negara-negara maju lainnya.

Masalah pendidikan selalu berkaitan dengan mutu. Jadi fokus Kemdikbud adalah membenahi pelatihan guru agar benar-benar mampuni dan terukur. Kalau ingin membangun sumber daya manusia yang unggul maka pendidikan juga harus unggul. Peningkatan sumber daya manusia selalu berbanding lurus dengan kualitas pendidikan.




No comments:

Post a Comment