Facebook,
Media sosial
Hati-hati Menggunakan Media Sosial (Facebook)
Sesuatu yang
mungkin tak dapat kita pungkiri di zaman sekarang ini ialah kecanduan
menggunakan gadget untuk berselancar di media sosial (WhatsApp, Twitter,
Instagram, Facebook). Tetapi penulis ingin melihat lebih jauh, yaitu
pengaruh media sosial secara khusus facebook terhadap kehidupan
sehari-hari. Kenapa facebook yang dipilih karena hal ini berangkat dari
pengalaman yang selama ini tinggal di Manggarai dan setiap hari menyaksikan
kehidupan masyarakat di Manggarai.
Facebook membuat kita harus ikut
terlibat dan berpacu bersamanya. Contohnya saja, ketika kehabisan paket data
atau jaringan lelet (baca:loading). Kita seperti orang gila atau
orang kesurupan setan. Bahkan ada yang mungkin tidak bisa makan lalu galau.
Mungkin putus cinta masih lebih baik. Iya to? (Catatan: ini pengakuan para
jomblo yaa). Semenit saja tidak membukanya, serasa sudah setahun.
Seakan-akan kita tidak bisa hidup tanpanya.
Hebat bukan
main. Tanpa kita sadari kita sudah terperangkap dan terjebak di dalamnya.
Memang ada hal-hal baik ketika menggunakan facebook. Contohnya: membuat
status yang dapat memotivasi orang lain, membagikan cerita pengalaman melalui blog
lalu dibagikan di facebook, menonton video lucu, menghubungi teman, keluarga
dan kenalan yang jauh, serta masih banyak lainnya. Sangat banyak keuntungan
sekaligus kerugian yang bisa didapat. Jika tidak bisa mengatur diri sendiri,
maka bersiap-siaplah masuk ke jurang kegelapan yang paling gelap.
Oleh karena
itu, ada beberapa sisi negatif akibat kecanduan menggunakan facebook yang
dapat merugikan diri sendiri dan sesama. Contohnya: mencurahkan isi hatinya
ketika baru saja diputus pacar, mengunggah foto senonoh, menggunakan kata-kata kasar
untuk mencibir atau memprovokasi orang lain. Selain itu, ada juga orang yang menjadikan
madia sosial ini sebagai tempat untuk berdoa dan memohon kepada Tuhan. Aduhhhh
mama sayang ee.
Kita bahkan
rela menghabiskan waktu menunggu dan juga memeriksa akun kita setiap menit dan
mungkin saja setiap detik untuk melihat berapa banyak like dan komen yang
didapatkan setelah menggunggah status atau foto. Seakan-akan facebook
itu lebih penting dari segala-galanya yang ada di dunia. Haissss.
Mark Zuckerberger
pendiri sekaligus CEO facebook mengatakan "berhentilah kalian
berdoa di facebook, aku tidak bisa mengabulkan doa-doa kalian, aku CEO,
bukan Tuhan.” Lebih lanjut Yuval Noah Harari dalam bukunya berjudul "Homo
Deus" (2015: 444-445), mengatakan, "...kita adalah kaum datais
yang percaya bahwa pengalaman tidak berguna jika tidak dibagi, dan bahwa kita
tidak perlu - bahkan tidak bisa - mencari makna dalam diri kita sendiri. Kita
hanya perlu merekam dan menghubungkan pengalaman-pengalaman kita pada aliran
data besar..." Karena sibuk melihat ke luar dan mencari pengakuan dari
orang lain, sampai lupa untuk melihat ke dalam diri dan mencari ke kedalaman
diri. Akhirnya, hidup menjadi dangkal dan mungkin tidak menemukan makna hidup.
Yuval Noah
menambahkan, “20 tahun lalu, para turis Jepang menjadi bahan tertawaan dunia
karena mereka selalu membawa kamera dan mengambil gambar segala hal di tempat.
Kini setiap orang melakukannya. Jika anda pergi ke kebun binatang dan melihat
seekor gajah, anda tidak memperhatikannya dan bertanya kepada diri sendiri,
"Apa yang saya rasakan? Berapa umur gajah itu? Dan dari mana dia berasal?
Anda hanya mencari telepon genggam, mengambil gambar gajah itu dan
mengunggahnya ke facebook lalu kemudian memeriksa akun anda setiap beberapa
saat untuk melihat berapa banyak like dan komen yang anda
dapatkan."
Kebanyakan dari
kita sudah tidak tertarik lagi untuk menulis puisi atau pun membaca buku dan lain-lain
yang lebih bermanfaat. Hal itu disebabkan karena kita merasa semuanya tidak berguna
dan membuang waktu saja. Toh kalau pun saya menulis, pasti tidak ada yang
membacanya. Satu hal yang terlintas dalam benak ialah jika saya mengalami
sesuatu atau menemukan sesuatu, saya harus merekamnya kemudian mengunggah dan
membagikannya.
Dari uraian dan
penjelasan di atas, penulis mencoba menarik kesimpulan yang dapat arahan bagi
kita semua terutama untuk memperbaiki hal-hal yang kurang berkenan di hati
penulis, yaitu: bijaklah dalam menggunakan media sosial (facebook) karena
jangan sampai kita terlalu larut dan terhanyut dalam menggunakannya. Jangan sampai
setelah kita menceburkan diri dalam menggunakan media sosial kita tersesat dan tak tahu jalan pulang.
Perhatikan
etika dan etiket dalam bermedia sosial apalagi dalam penggunaan kata-kata yang
tidak senonoh. Berhentilah membuang-buang waktu yang berlarut-larut tanpa
melakukan kegiatan yang lebih penting. Berhentilah mendewakan facebook yang
seakan-akan menjadi Tuhan yang kita percayai dengan memanjatkan doa dan
permohonan.
Dampak lain
yang mungkin sudah kita alami saat ini adalah ketika terlalu asyik dengan
gadget dan bermain facebook ada kecenderungan lebih sering
berinteraksi dengan sesama pengguna facebook dan mengabaikan orang di
sekitar. Dengan demikian, pada titik tertentu mereka berhenti berinteraksi
dengan banyak orang di dunia nyata dan memilih terus terhubung dengan sesama
pengguna facebook.
April 15, 2020
No comments:
Post a Comment