Corona,
Ki Hajar Dewantara,
kualitas pendidikan,
pendidikan
Memahami Tri Sentra Pendidikan dan Kegalauan Orang Tua
(Ket: Ki Hajar Dewantara)
Keluarga
Keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat terdiri dari suami, istri dan anak -- ayah dan anak -- atau ibu dan anak (lih. UU No. 52 thn 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga). Keluarga merupakan lingkungan pertama dalam perkembangan individu karena dalam keluargalah anak tumbuh dan berkembang.
Sekolah
Sekolah merupakan satuan pendidikan yang menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar secara formal atau disebut sebagai pendidikan formal. Tiga elemen penting di sekolah antara lain para guru, sarana dan prasarana, dan terutama siswa siswi.
Masyarakat
Secara sederhana, masyarakat diartikan sebagai sekumpulan orang yang saling berinteraksi dalam suatu hubungan sosial. Anak dalam pergaulannya di masyarakat tentu banyak berinteraksi secara langsung maupun tidak langsung dengan orang lain. Interaksi secara langsung anak bermain dengan temannya, sedangkan secara tidak langsung anak melihat kejadian yang terjadi di masyarakat.
Baca Juga: Menakar Kesiapan Pendidikan di Era New Normal
Akhirulkalam
Untuk mendidik anak bukan hanya menjadi tugas sekolah atau guru semata, melainkan menjadi tugas keluarga dan masyarakat. Keluarga merupakan komunitas pertama bagi anak untuk belajar. Demikian halnya dengan masyarakat yang merupakan ruang bagi anak untuk mempraktikkan apa yang mereka dapat dalam keluarga dan sekolah. Pengalaman-pengalaman itu sekaligus mencerap apa yang ia dapat di lingkungan masyarakat dan dibawanya serta dalam kehidupan di keluarga dan sekolah.
Sumber gambar: akupaham.com
Pandemi
covid-19 mengharuskan sektor pendidikan menyelenggarakan pembelajaran dalam
jaringan (daring), telah memunculkan berbagai keluhan dan keresahan
orang tua murid. Keluhan-keluhan itu antara lain, tugas siswa yang terlalu
banyak, pembelajaran kurang maksimal, orang tua kewalahan mendampingi sang buah
hati, dan masih banyak keluhan lainnya.
Sekian
lama orang tua melihat sekolah sebagai lembaga outsourcing untuk belajar
sehingga segala beban belajar anak diberikan kepada pihak sekolah. Orang tua
seolah "lepas tangan" dan memberikan sepenuhnya kepada pihak sekolah
tugas yang berkaitan dengan "isi kepala" anak mereka. Para
orang tua lupa bahwa keluarga merupakan tempat pertama dan terutama bagi
anak-anak. Merekalah pendamping atau guru pertama dan utama bagi anak-anak.
Pertama
kali seseorang belajar berbicara, berjalan, tata krama, dan lainnya adalah di
rumah bukan di gedung sekolah. Dengan demikian, keresahan yang timbul pada
anak-anak selama belajar dari rumah seharusnya tidak terjadi.
Baca Juga: STEAM Sebagai Dasar Pendidikan di Masa New Normal
Baca Juga: STEAM Sebagai Dasar Pendidikan di Masa New Normal
Sejatinya
pembelajaran dari rumah yang ramai terjadi sekarang ini memberi kesempatan
kepada orang tua untuk mengenal anaknya lebih baik dan meningkatkan kualitas
hubungan dengan anak. Lebih dari pada itu, bagi saya sekarang menjadi momen
untuk mengenalkan kembali pemikiran bapak pendidikan Indonesia Ki Hajar
Dewantara. Buah pemikirannya turut mempengaruhi pendidikan Indonesia.
Dia
telah meletakkan pondasi pendidikan Indonesia. Di atas pondasi inilah
seharusnya pendidikan kita dibentuk dan diarahkan meskipun dalam praktiknya
terkadang melenceng. Salah satu pemikirannya yang menjadi pondasi pendidikan
kita adalah Tri Sentra Pendidikan.
Tri
Sentra Pendidikan (Tiga Pusat Pendidikan) merupakan tanggung jawab terhadap
pendidikan anak yang berlangsung di tiga lingkungan, yaitu keluarga,
masyarakat, dan sekolah. Ketiganya berperan penting dalam proses pendidikan
anak dan ketiganya saling mengisi serta memperkuat satu sama lain. Melalui
pendidikan daring, kita pun disadarkan bahwa tanggung jawab mendidik anak
sebenarnya tidak hanya menjadi tugas pihak sekolah, tetapi juga menjadi
tanggung jawab keluarga dan masyarakat.
Keluarga
Keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat terdiri dari suami, istri dan anak -- ayah dan anak -- atau ibu dan anak (lih. UU No. 52 thn 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga). Keluarga merupakan lingkungan pertama dalam perkembangan individu karena dalam keluargalah anak tumbuh dan berkembang.
Dalam
dunia pendidikan, pembelajaran dalam keluarga disebut sebagai pendidikan
informal. Pembelajaran itu dilakukan setiap hari pada saat terjadi interaksi
antara anak dengan anggota keluarga lainnya. Pada momen ini peran orang tua
sebagai panutan bagi anak-anaknya sangat vital.
Baca Juga: Melakukan Revolusi Pendidikan
Baca Juga: Melakukan Revolusi Pendidikan
Orang
tua berperan penting dalam membentuk dan mengembangkan karakter serta
kepribadian anak. Semakin baik kualitas keluarga, maka kemungkinan semakin
besar pula kualitas kepribadian dan karakter anak. Keluarga menjadi tempat
pertama dan utama bagi anak untuk belajar. Karena itu, apa yang dipelajarinya di dalam keluarga akan berdampak pada kehidupan sosialnya baik di masyarakat
maupun di sekolah.
Sekolah
Sekolah merupakan satuan pendidikan yang menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar secara formal atau disebut sebagai pendidikan formal. Tiga elemen penting di sekolah antara lain para guru, sarana dan prasarana, dan terutama siswa siswi.
Di
sekolah, peran guru dalam memfasilitasi peserta didik dapat dilakukan dengan
banyak cara, salah satunya adalah guru tidak lagi memberikan informasi satu
arah seperti ketika ceramah. Guru saat itu menjadi fasilitator, motivator
sekaligus tutor. Materi pelajaran yang disampaikan pun tidak hanya berasal dari
guru. Guru dapat melibatkan siswa untuk aktif mencari informasi entah itu di
perpustakaan, internet, maupun penelitian laboratorium. Dengan demikian, materi
ajar pun lebih bervariasi dan pembelajaran menjadi lebih hidup.
Selain
materi ajar yang bervariasi, guru dapat melakukan kolaborasi di antara mereka
sehingga memperkaya materi dan metode ajar kepada siswa. Diharapkan dengan
adanya kolaborasi dengan sesama guru, para siswa pun diajak untuk berkolaborasi ketika menyelesaikan tugas sekolah.
Tujuan
dilakukannya kolaborasi agar peserta didik dapat mempelajari hubungan antara
satu bidang studi dengan bidang studi lainnya. Karena pada kenyataannya yang
dialami di dunia nyata banyak bidang studi yang tidak berdiri sendiri, tetapi
saling terkait.
Oleh
karena itu, sekolah pun perlu melakukan pembinaan pendidikan untuk peserta
didiknya berdasarkan tuntutan zaman siswa di masa depan. Jadi, sejak di bangku
sekolah mereka diajarkan untuk mempelajari sesuatu secara holistik dan kerja
dalam tim.
Di
masa pandemi sekarang, peran guru dalam kelas maya sebagai fasilitator,
kolaborator, mentor, pengarah, dan teman belajar siswa. Selain itu, metode
pengajaran pun tidak bisa statis seperti pembelajaran tatap muka karena hanya
akan meningkatkan stress orang tua dan anak. Guru tidak hanya berkolaborasi
dengan sesama guru, tetapi juga dengan orang tua. Sebab, selama pandemi dan
belajar dari rumah orang tualah yang mendampingi anak belajar.
Masyarakat
Secara sederhana, masyarakat diartikan sebagai sekumpulan orang yang saling berinteraksi dalam suatu hubungan sosial. Anak dalam pergaulannya di masyarakat tentu banyak berinteraksi secara langsung maupun tidak langsung dengan orang lain. Interaksi secara langsung anak bermain dengan temannya, sedangkan secara tidak langsung anak melihat kejadian yang terjadi di masyarakat.
Baca Juga: Menakar Kesiapan Pendidikan di Era New Normal
Lingkungan
masyarakat adalah laboratorium anak untuk belajar lebih luas lagi. Berbagai
macam hal yang dipelajari anak di dalam keluarga dan sekolah mendapat
kesempatan untuk mempraktiknya dalam hidup bermasyarakat. Dengan demikian,
komitmen masyarakat untuk mendukung anak-anak belajar sangatlah berpengaruh dan
menentukan perkembangan kualitas kemanusiaan seseorang.
Salah
satu contoh positif di mana lingkungan masyarakat turut mendukung pendidikan
anak adalah apa yang dilakukan sekelompok masyarakat di Jogja pada beberapa
tahun silam. Mereka bersepakat semua TV di desa itu tidak dinyalakan pada jam
belajar anak-anak pada malam hari, mulai pkl 10.00-20.00 WIB. Anak-anak fokus
belajar tanpa gangguan apa pun. Bahkan, di rumah yang punya TV dan tidak ada
anak yang sedang duduk di bangku sekolah pun ikut menjalankan program tersebut.
Akhirulkalam
Untuk mendidik anak bukan hanya menjadi tugas sekolah atau guru semata, melainkan menjadi tugas keluarga dan masyarakat. Keluarga merupakan komunitas pertama bagi anak untuk belajar. Demikian halnya dengan masyarakat yang merupakan ruang bagi anak untuk mempraktikkan apa yang mereka dapat dalam keluarga dan sekolah. Pengalaman-pengalaman itu sekaligus mencerap apa yang ia dapat di lingkungan masyarakat dan dibawanya serta dalam kehidupan di keluarga dan sekolah.
Keresahan
orang tua dalam mendampingi anak belajar selama pembelajaran daring menyadarkan
semua pihak bahwa tugas mendidik anak tidak bisa dibebankan kepada guru saja.
Keluarga dan masyarakat turut berpengaruh dalam pendidikan anak. Ketiganya
saling terkait dan membutuhkan untuk mendidik anak secara holistik dan
mendukung berkembangnya pendidikan bagi generasi muda.
Sumber gambar: akupaham.com
August 10, 2020
No comments:
Post a Comment