banjir,
Natal,
persiapan hati
Banjir Datang di Hari Natal
Perayaan Natal di Timur-Tengah selalu meriah dan penuh
suka cita. Semua warga turut merayakan, apapun agama mereka. Saya tidak pernah
mendengar ada polemik soal hukum mengucapkan selamat Natal di seantero
Timur-Tengah.
Mereka terhanyut dalam suka cita Natal karena di
dalamnya ada pesan kedamaian dan kebahagiaan. Mereka menjadikan Natal sebagai
momentum berbagi dalam solidaritas dan persaudaraan sejati.
Di Bethlehem, Palestina, tanah kelahiran Yesus Kristus
atau yang dikenal dengan Isa al-Masih dalam khazanah Islam, Natal dirayakan
oleh seluruh warga dengan penuh suka cita. Umat Kristiani dari berbagai penjuru
dunia juga turut serta dalam perayaan Natal di Tepi Barat.
Mahmoud Abbas sebagai Presiden Palestina juga hadir
dalam misa perayaan Natal. Sekali lagi, tidak ada ulama yang mengharamkan atau
mengafirkan Mahmoud Abbas.
Tak ketinggalan gubernur DKI Jakarta beserta
jajarannya juga melakukan hal yang sama. Mereka bahkan melakukannya secara
langsung, yaitu mengucapkan selamat Natal dari gereja ke gereja. Natal menjadi
momen untuk untuk mempererat persaudaraan.
Namun, Natal kali ini menjadi paling istimewa untuk
saya secara pribadi dan warga DKI di seputaran gereja paroki St Fransiskus
Xaverius, Tanjung Priok, Jakarta Utara. Suka cita Natal tidak hanya dirasakan
oleh segenap umat Katolik di sana, melainkan semua oleh warga.
Baca Juga: Krisis Toleransi dan Kekerasan Terhadap yang Lain
Baca Juga: Krisis Toleransi dan Kekerasan Terhadap yang Lain
Momen kelahiran juru selamat tidak hanya dirayakan di
gereja, melainkan juga di rumah masing-masing. Bagaimana tidak, ketika malamnya
merayakan Natal di gereja dan paginya ketika bangun tidur rumah-rumah telah
direndam banjir. Air setinggi 30 cm menjadi kado indah untuk segenap warga
Tanjung Priok.
Setelah menyanyikan lagu Gloria in excelsis Deo
di gereja pulang ke rumah dilanjutkan menguras air yang masih tergenang. Ada canda
tawa di sana. Setidaknya sambal menguras air sedikit mengurangi rasa rindu pada
saudara-saudara di kampung.
Jika di Timur Tengah momen Natal dirayakan dengan begitu
meriah, maka kami di sini merayakan Natal dengan menguras air dalam rumah agar
bisa menerima tamu yang ingin mengucapkan selamat Natal. Tak ada yang luar
biasa selain kita dengan penuh cinta sama-sama membersihkan rumah dan hati kita
masing untuk menyambut Kristus yang telah lahir.
Baca Juga: Belajar pada Tradisi Ola Nue, Local Wisdom Orang Lamalera
Baca Juga: Belajar pada Tradisi Ola Nue, Local Wisdom Orang Lamalera
Bertahun-tahun kita merayakan Natal, jika hati belum
diarahkan dan dibersihkan untuk menyambut Kristus maka Natal akan kurang bermakna.
Setidaknya itu pandangan pribadi. Hal-hal luar memang penting dipersiapkan. Kue
Natal, lampu kelap-kelip atau pohon cemara yang dihias adalah beberapa ornament
yang selalu disiapkan ketika menjelang Natal.
Tetapi, sudah kah kita menyiapkan hati untuk menyambut
Kristus? Banjir yang saya alami hanyalah tamparan kecil agar ketika Natal tahun
depan lebih menyiapkan hati dan membersihkannya dibanding dengan hal-hal
luarnya saja.
Selamat merayakan Natal !!!!
December 26, 2019
No comments:
Post a Comment