Homo Sapiens,
resensi buku,
Sejarah,
Yuval Noah Harari
[Resensi Buku] Sejarah Singkat Riwayat Hidup Umat Manusia [1]
(Ket: Cover buku Homo Sapiens)
Judul Buku : Sapiens -- Riwayat Singkat Umat Manusia
Penulis : Yuval Noah Harari
Tahun Terbit : 2014
Penerbit : Kepustakaan Populer Gramedia
Diterjemahkan pada: 2017
Jumlah Hal : 525 hal
Yuval Noah Harari memulai tulisannya tentang sejarah umat manusia dalam bukunya berjudul Sapiens dengan pembahasan tentang persaingan antara ras homo sapiens dengan jenis ras homo (homo: manusia) lainnya.
Harari berusaha merekonstrusi istilah homo dengan sapiens. Homo adalah terminologi yang lebih umum untuk menyebut semua jenis manusia, termasuk homo sapiens, neanderthal, erectus dan lain-lain.
Saat ini memang ras manusia yang lain seperti neanderthal dan erectus sudah tidak ada, tetapi menurut Harari kita tidak bisa mengklaim bahwa manusia sapiens satu-satunya jenis manusia yang ada di dunia. Sapiens adalah jenis yang tersisa di dunia dan telah berevolusi dari rantai makanan terendah hingga berada di puncak rantai makanan dan pada akhirnya mengubah arah kehidupan dunia.
Baca Juga: [Resensi Buku] Memahami Pemikiran Filsafat Politik dan Hukum Thomas Aquinas
Ada dua teori yang dibahas oleh Harari dalam buku ini yang menjelaskan tentang alasan mengapa yang tersisa sekarang hanyalah sapiens dan manusia-manusia genus lain punah. Pertama, teori penggantian yang menyatakan bahwa sapiens menggantikan semua ras manusia sebelumnya tanpa campur tangan apapun.
Kedua, yaitu teori perkawinan silang di antara sapiens dengan ras manusia yang lain sehingga terjadi percampuran dan menghasilkan jenis manusia berbeda dan pada akhirnya terpisah karena seleksi alam.
Lalu pertanyaannya adalah, mengapa ras manusia lain punah? Di sini Harari memberikan sebuah perspektif menarik. Dijelaskan bahwa ketika terjadi jalur evolusi dari berbagai jenis ras manusia, ras-ras manusia terpisah dan berjalan masing-masing. Kemungkinan terjadi sebuah proses genosida besar-besaran di mana sapiens membantai seluruh ras manusia lainnya.
Bagi Harari, motif yang memungkinkan terjadinya pembantaian ini karena terjadi perebutan sumber makanan. Harari menyatakan bahwa toleransi bukanlah karakter khas dari sapiens. Hal ini dibuktikan dengan kenyataan sekarang dimana perbedaan kecil seperti warna kulit, agama, atau suku sudah cukup untuk menjadi pemicu sekelompok sapiens mengenyahkan kelompok sapiens lainnya.
Baca Juga: [Resensi Buku] Absurditas dalam Novel Sampar
Sapiens adalah ras manusia yang paling maju dari segi pemikiran dan sumber daya. Faktor inilah yang kemudian membuat sapiens dapat dengan mudah memusnahkan ras manusia yang lain ketika mereka mulai menyebar ke seluruh daratan di seluruh dunia. Evolusi dan seleksi alam memampukan sapiens memusnahkan ras-ras manusia lainnya dalam rangka merebut sumber makanan dan bertahan hidup.
Mutasi Pohon Pengetahuan
Kemampuan kognitif sapiens juga akhirnya membuat mereka mampu berpikir dengan cara yang belum ada sebelumnya. Termasuk penciptaan bahasa untuk mengkomunikasikan ide dan isi kepala mereka sebagai sebuah pintu masuk ke dunia yang lebih baru dan maju.
Bahasa sapiens adalah bahasa yang sangat luwes menurut Harari, karena mampu menghubungkan sejumlah keterbatasan bunyi dan tanda sehingga menghasilkan kata dan kalimat dalam jumlah yang tak terbatas dan masing-masing memiliki makna berbeda. Hal ini yang membuat sapiens mulai bergerak naik mengungguli ras-ras manusia lainnya.
Bahasa sapiens adalah suatu yang unik karena selain dapat mengkomunikasikan hal-hal yang luar biasa kompleks, kompleksitas informasi yang dapat ditransfer melalui bahasa yang menyebabkan revolusi kognitif sapiens berkembang lebih cepat. Termasuk melalui munculnya gagasan tentang seni, agama dan adat istiadat serta ritual akibat berkembangnya cara berpikir manusia. Hal-hal tersebut tentu saja tidak bisa tersebar luas tanpa bahasa yang mumpuni.
Selain itu, menurut Harari agama pun lahir karena bahasa. Kompleksitas bahasa dan informasi yang kemudian bisa hadir dan mengupgrade cara berpikir sapiens membuat mereka mudah melakukan proses pertukaran informasi dan membentuk keyakinan mereka.
Sebagai contoh, bisa saja awalnya sapiens hanya menyatakan ada singa yang siap menerkam kelompok mereka. Namun, berkat perkembangan bahasa informasi yang disampaikan bisa lebih detail. Misalnya, singa itu ada di posisi mana, jam berapa dia biasanya berkeliaran di sekitar mereka dan detail-detail lainnya. Berkat kemampuan itu, akhirnya bisa membuat mereka tidak hanya berpikir untuk menghindar tetapi juga cara untuk mengantisipasi dan berlindung.
Baca Juga:[Resensi Buku] Søren Aabye Kierkegaard dan Pergulatan Menjadi Diri Sendiri
Perkembangannya kemudian mengarah ke arah terbentuknya struktur kehidupan yang sederhana. Di era pra agrikultur, sebelum manusia melakukan kesalahan besar yaitu mendomestifikasi gandum, pola-pola kehidupan bersama dilakukan dengan skala kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari puluhan dan paling banyak ratusan orang.
Mereka hidup berpindah-pindah dan menjelajah untuk mencari kehidupan dengan cara yang oportunistik. Di era ini menurut Harari sapiens melakukan dua hal utama yaitu berburu dan mengumpulkan makanan.
Sapiens hidup dalam kelompok-kelompok penjelajah dan mendomestifikasi tidak hanya makanan namun juga binatang. Anjing adalah contoh hewan yang pertama kali didomestifikasi oleh sapiens.
Pola kehidupan berburu dan mengumpulkan makanan ini pula yang kemudian membuat interaksi sapiens dengan alam semakin intim. Muncul kesadaran untuk melestarikan alam yang lahir dari kesadarannya bahwa mereka bergantung pada alam agar alam tetap menyediakan makanan untuk mereka.
Maka bagi Harari, sapiens kemudian menyusun norma-norma tentang yang mengatur interaksi antara sapiens dengan alam. Para ahli pun sepakat bahwa kepercayaan animisme adalah kepercayaan yang mulai berkembang di masyarakat penjelajah.
Bersambung......
Sumber gambar: berdikaribook.red
Penulis : Yuval Noah Harari
Tahun Terbit : 2014
Penerbit : Kepustakaan Populer Gramedia
Diterjemahkan pada: 2017
Jumlah Hal : 525 hal
Yuval Noah Harari memulai tulisannya tentang sejarah umat manusia dalam bukunya berjudul Sapiens dengan pembahasan tentang persaingan antara ras homo sapiens dengan jenis ras homo (homo: manusia) lainnya.
Harari berusaha merekonstrusi istilah homo dengan sapiens. Homo adalah terminologi yang lebih umum untuk menyebut semua jenis manusia, termasuk homo sapiens, neanderthal, erectus dan lain-lain.
Saat ini memang ras manusia yang lain seperti neanderthal dan erectus sudah tidak ada, tetapi menurut Harari kita tidak bisa mengklaim bahwa manusia sapiens satu-satunya jenis manusia yang ada di dunia. Sapiens adalah jenis yang tersisa di dunia dan telah berevolusi dari rantai makanan terendah hingga berada di puncak rantai makanan dan pada akhirnya mengubah arah kehidupan dunia.
Baca Juga: [Resensi Buku] Memahami Pemikiran Filsafat Politik dan Hukum Thomas Aquinas
Ada dua teori yang dibahas oleh Harari dalam buku ini yang menjelaskan tentang alasan mengapa yang tersisa sekarang hanyalah sapiens dan manusia-manusia genus lain punah. Pertama, teori penggantian yang menyatakan bahwa sapiens menggantikan semua ras manusia sebelumnya tanpa campur tangan apapun.
Kedua, yaitu teori perkawinan silang di antara sapiens dengan ras manusia yang lain sehingga terjadi percampuran dan menghasilkan jenis manusia berbeda dan pada akhirnya terpisah karena seleksi alam.
Lalu pertanyaannya adalah, mengapa ras manusia lain punah? Di sini Harari memberikan sebuah perspektif menarik. Dijelaskan bahwa ketika terjadi jalur evolusi dari berbagai jenis ras manusia, ras-ras manusia terpisah dan berjalan masing-masing. Kemungkinan terjadi sebuah proses genosida besar-besaran di mana sapiens membantai seluruh ras manusia lainnya.
Bagi Harari, motif yang memungkinkan terjadinya pembantaian ini karena terjadi perebutan sumber makanan. Harari menyatakan bahwa toleransi bukanlah karakter khas dari sapiens. Hal ini dibuktikan dengan kenyataan sekarang dimana perbedaan kecil seperti warna kulit, agama, atau suku sudah cukup untuk menjadi pemicu sekelompok sapiens mengenyahkan kelompok sapiens lainnya.
Baca Juga: [Resensi Buku] Absurditas dalam Novel Sampar
Sapiens adalah ras manusia yang paling maju dari segi pemikiran dan sumber daya. Faktor inilah yang kemudian membuat sapiens dapat dengan mudah memusnahkan ras manusia yang lain ketika mereka mulai menyebar ke seluruh daratan di seluruh dunia. Evolusi dan seleksi alam memampukan sapiens memusnahkan ras-ras manusia lainnya dalam rangka merebut sumber makanan dan bertahan hidup.
Mutasi Pohon Pengetahuan
Kemampuan kognitif sapiens juga akhirnya membuat mereka mampu berpikir dengan cara yang belum ada sebelumnya. Termasuk penciptaan bahasa untuk mengkomunikasikan ide dan isi kepala mereka sebagai sebuah pintu masuk ke dunia yang lebih baru dan maju.
Bahasa sapiens adalah bahasa yang sangat luwes menurut Harari, karena mampu menghubungkan sejumlah keterbatasan bunyi dan tanda sehingga menghasilkan kata dan kalimat dalam jumlah yang tak terbatas dan masing-masing memiliki makna berbeda. Hal ini yang membuat sapiens mulai bergerak naik mengungguli ras-ras manusia lainnya.
Bahasa sapiens adalah suatu yang unik karena selain dapat mengkomunikasikan hal-hal yang luar biasa kompleks, kompleksitas informasi yang dapat ditransfer melalui bahasa yang menyebabkan revolusi kognitif sapiens berkembang lebih cepat. Termasuk melalui munculnya gagasan tentang seni, agama dan adat istiadat serta ritual akibat berkembangnya cara berpikir manusia. Hal-hal tersebut tentu saja tidak bisa tersebar luas tanpa bahasa yang mumpuni.
Selain itu, menurut Harari agama pun lahir karena bahasa. Kompleksitas bahasa dan informasi yang kemudian bisa hadir dan mengupgrade cara berpikir sapiens membuat mereka mudah melakukan proses pertukaran informasi dan membentuk keyakinan mereka.
Sebagai contoh, bisa saja awalnya sapiens hanya menyatakan ada singa yang siap menerkam kelompok mereka. Namun, berkat perkembangan bahasa informasi yang disampaikan bisa lebih detail. Misalnya, singa itu ada di posisi mana, jam berapa dia biasanya berkeliaran di sekitar mereka dan detail-detail lainnya. Berkat kemampuan itu, akhirnya bisa membuat mereka tidak hanya berpikir untuk menghindar tetapi juga cara untuk mengantisipasi dan berlindung.
Baca Juga:[Resensi Buku] Søren Aabye Kierkegaard dan Pergulatan Menjadi Diri Sendiri
Perkembangannya kemudian mengarah ke arah terbentuknya struktur kehidupan yang sederhana. Di era pra agrikultur, sebelum manusia melakukan kesalahan besar yaitu mendomestifikasi gandum, pola-pola kehidupan bersama dilakukan dengan skala kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari puluhan dan paling banyak ratusan orang.
Mereka hidup berpindah-pindah dan menjelajah untuk mencari kehidupan dengan cara yang oportunistik. Di era ini menurut Harari sapiens melakukan dua hal utama yaitu berburu dan mengumpulkan makanan.
Sapiens hidup dalam kelompok-kelompok penjelajah dan mendomestifikasi tidak hanya makanan namun juga binatang. Anjing adalah contoh hewan yang pertama kali didomestifikasi oleh sapiens.
Pola kehidupan berburu dan mengumpulkan makanan ini pula yang kemudian membuat interaksi sapiens dengan alam semakin intim. Muncul kesadaran untuk melestarikan alam yang lahir dari kesadarannya bahwa mereka bergantung pada alam agar alam tetap menyediakan makanan untuk mereka.
Maka bagi Harari, sapiens kemudian menyusun norma-norma tentang yang mengatur interaksi antara sapiens dengan alam. Para ahli pun sepakat bahwa kepercayaan animisme adalah kepercayaan yang mulai berkembang di masyarakat penjelajah.
Bersambung......
Sumber gambar: berdikaribook.red
July 18, 2020
No comments:
Post a Comment