Homo Sapiens,
Sejarah,
Yuval Noah Harari
[Resensi Buku] Sejarah Singkat Riwayat Hidup Umat Manusia [2]
Judul Buku :
Sapiens -- Riwayat Singkat Umat Manusia
Penulis
: Yuval Noah Harari
Tahun Terbit : 2014
Penerbit
: Kepustakaan Populer Gramedia
Diterjemahkan pada: 2017
Jumlah Hal :
525 hal
Yuval
Noah Harari memulai tulisannya tentang sejarah umat manusia dalam bukunya
berjudul Sapiens dengan pembahasan tentang persaingan
antara ras homo sapiens dengan jenis ras homo (homo: manusia)
lainnya.
Harari berusaha merekonstrusi istilah homo dengan sapiens. Homo
adalah terminologi yang lebih umum untuk menyebut semua jenis manusia, termasuk
homo sapiens, neanderthal, erectus dan lain-lain.
Saat
ini memang ras manusia yang lain seperti neanderthal dan erectus sudah
tidak ada, akan tetapi menurut Harari kita tidak bisa mengklaim bahwa manusia sapiens satu-satunya
jenis manusia yang ada di dunia. Ribuan tahun yang lalu jenis menusia juga pernah hidup di planet ini.
Sapiens adalah jenis yang
tersisa di dunia dan telah berevolusi dari rantai makanan terendah hingga
berada di puncak rantai makanan dan pada akhirnya mengubah arah kehidupan
dunia.
Domestikasi Gandum dan Kesalahan Besar Sejarah Agrikultur
Harari
menyatakan bahwa kita pada dasarnya telah dibohongi oleh sebuah dongeng tentang
revolusi agrikultur sebagai salah satu keberhasilan manusia. Menurut Harari
dongeng itu justru merupakan sebuah pembohongan besar terhadap sejarah umat
manusia.
Sejak
9500 sampai 8500 SM, sapiens telah melakukan kesalahan besar
dengan melakukan transisi kehidupan dari berburu dan mengumpulkan makan ke pola
kehidupan pertanian.
Domestifikasi
gandum yang kemudian menyebabkan perubahan pola kehidupan sapiens ke
arah agrikultur menyebabkan ketergantungan sapiens terhadap tumbuh-tumbuhan
tersebut. Menurut Harari justru hal ini yang lebih sulit dibanding model
kehidupan berburu dan berpindah-pindah dengan mengumpulkan makanan karena model
berburu tidak menjadikan sapiens terikat di satu tempat.
Berbeda
dengan model kehidupan agrikultur yang mengharuskan sapiens untuk
menetap dan terikat pada iklim serta alam di mana tanaman agrikultur tersebut
bisa tumbuh.
Artinya, pada era agrikultur bukan sapiens yang
mendomestifikasi gandum dan tanaman agrikultur lainnya, melainkan
tanaman-tanaman tersebut telah mendomestifikasi sapiens.
Sapiens kemudian menetap untuk mengurusi
seluruh keperluan gandum. Gandum yang awalnya hanya sebatas rumput liar di
wilayah Timur Tengah, akhirnya menjadi tanaman yang tersebar hampir di seluruh
dunia.
Gandum
yang mendomistifikasi sapiens kemudian menyebabkan berhentinya
pola hidup sapiens yang berpindah-pindah. Mereka kemudian
menetap dan membentuk masyarakat, hukum dan ekonomi untuk saling melindungi
kehidupannya yang semakin terbatas.
Menurut
Harari, revolusi agrikultur adalah titik balik di mana sapiens membuang
keintimannya dengan alam dan beralih menuju alienasi serta ketamakan. Konsep
perladangan membuat populasi meningkat drastis dan kehidupan menjadi semakin
kompleks. Sebab tidak memungkinkan lagi bagi masyarakat agraris untuk kembali
ke model kehidupan berburu dan mengumpulkan makanan.
Cikal Bakal Sistem Negara
Konsep
politik awal pun berkembang berdasarkan konsekuensi dari agrikultur.
Perladangan menuntut sapiens harus mengembangkan rasa aman
untuk menjaga ladang dan hasilnya.
Kebutuhan
akan rasa aman ini kemudian dikerjakan oleh mereka yang tidak mendapatkan area
untuk menanam atau tidak punya lahan ladang. Mereka mendapatkan pembagian hasil
ladang sebagai upahnya untuk menjaga keamanan dan ketertiban dalam
masyarakat.
Pola
ini adalah dasar dari semua konsep kehidupan bernegara saat ini. Ada proses
transaksi simbiosis bahwa orang-orang yang bertugas untuk mengatur masyarakat
berhak mendapatkan upah dari hasil kerjanya melindungi masyarakat. Mereka
awalnya dibiayai oleh hasil bumi yang surplus dari hasil kerja masyarakat.
Akan
tetapi, surplus-surplus tersebut serta perkembangan teknologi transportasi
menyebabkan semakin banyaknya orang-orang bisa dengan leluasa untuk
berinteraksi membuka jaringan-jaringan kerja sama baru.
Kalau
dalam model kehidupan berpindah-pindah sapiens hidup dalam
kelompok-kelompok kecil yang semuanya pasti saling mengenal. Dengan demikian,
pola kehidupan agraris memungkinkan sapiens untuk hidup dengan
orang-orang yang tidak dikenal dalam jumlah yang jauh lebih besar.
Menurut
Harari, hal ini dimungkinkan karena jaringan-jaringan yang menghubungkan kerja
sama antara sapiens yang tidak saling kenal dilandasi pada
adanya kesamaan kebutuhan. Mereka membutuhkan rasa aman dari berbagai ancaman
yang datang dari luar entah ancaman dari binatang buas atau pun sesama sapiens.
Sejarah Tidak Pernah Adil
Namun,
sekali lagi sejarah perkembangan manusia adalah sejarah tentang ketidakadilan.
Pembentukan masyarakat pada era agrikultur bukanlah tentang keadilan pembagian
hasil kerja. Bukan pula tentang hasil bumi yang kadang buntung.
Akan
tetapi, hal tersebut justru lebih mengarah pada terciptanya dominasi dan
kelas-kelas sosial tertentu. Dari sini kemudian muncul hierarki dalam tatanan
masyarakat. Hal itu disebabkan adanya persepsi akan hak-hak istimewa kelompok
tertentu berkat penciptaan mitos-mitos sebagai pengikat utama sebuah sistem
masyarakat.
Sapiens mulai mengenal konsep budak sebagai
konsekuensi dari dominasi kelompok tertentu atas kelompok yang lain. Dominasi
itu pun lahir atas imajinasi akan adanya hak-hak tertentu yang lebih mulia
kelompok yang satu atas kelompok yang lain. Meski pun dalam aspek biologis hal
tersebut tidak memiliki rujukan apa pun.
Hierarki
imajinatif itu akhirnya berkembang menjadi sebuah lingkaran setan bagi golongan
tertentu. Pada akhirnya menjadi hukum umum yang membawa evolusi sapiens bergerak
ke tahap selanjutnya yaitu penciptaan imperium atau kerajaan.
Sumber gambar: berdikaribook.red
July 20, 2020
"Menurut Harari, revolusi agrikultur adalah titik balik di mana sapiens membuang keintimannya dengan alam dan beralih menuju alienasi serta ketamakan."
ReplyDeletePernyataan ini menarik. Terima kasih gann
Sama-sama gan
ReplyDeleteTerima kasih juga sudah berkunjung ke blog saya